Kapal Ponton tanpa Awak Berasal dari Batam

Aceh Singkil | Minggu, 6 Mei 2018

SINGKIL - Masih ingatkah kapal ponton tanpa awak yang ditemukan nelayan di perairan Pulau Banyak, Aceh Singkil, 21 April lalu? Ternyata asal usul kapal tersebut mulai menemukan titik terang.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, Jumat (4/5) kapal yang bisa disebut tongkang tersebut, berasal dari Batam, Kepulauan Riau. Ini juga sesuai dengan nomor lambung kapal yang terdapat tulisan Batam.

Antaruddin, Panglima Laut Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak, yang menarik kapal dari lokasi ditemukan bersama nelayan dan pihak lainnya, saat dikonfirmasi membenarkan kapal itu kemungkinan besar berasal dari Batam.

Kendati demikian ia belum berani memastikan. “Sudah (ada informasi) dari Batam, tapi belum akurat kepastiannya,” kata Antaruddin.

Sementara itu informasi lain menyebutkan utusan yang mengaku pemilik tongkang telah datang ke Pulau Banyak, untuk mengecek.

Namun sejauh ini belum ada kesepakatan terkait biaya pengganti penarikan ponton dari lokasi ditemukan sekitar 21 mil dari Ujung Batu ke Pulau Balai, ibu kota Pulau Banyak. Sehingga kapal masih berada di Pulau Balai.

Sedangkan penyebab kapal bisa hanyut ke Pulau Banyak, sejauh ini belum bisa dipastikan. Berdasarkan cerita yang tersebar di kalangan masyarakat kapal sedang disewakan pemiliknya pada pihak lain untuk mengangkut pasir ke salah satu negera di kawasan Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan adanya muatan pasir laut dalam kapal.

Begitu juga dengan penyebab kapal tongkang bisa lepas dari tugboat yang biasa menarik, hingga sampai ke perairan Pulau Banyak, masih misteri. Kedatangan pihak yang mengaku pemilik kapal, menurut sepengetahuan warga hanya mengecek serta negosiasi biaya pengganti penarikan kapal dari lokasi ditemukan.

Sebagaimana diketahui kapal ponton atau tongkang dengan nomor lambung GMS. MT. 6. Batam, ditemukan terombang-ambing tanpa awak sekitar 21 mil laut dari Ujung Batu, Pulau Banyak, pada 21 April lalu. Kapal berukuran panjang 75 meter dan lebar 25 meter itu, lalu diselamatkan dengan ditarik ke Pulau Balai menggunakan boat kayu.(de)

 


Penulis : Dede Rosadi

Sumber : Serambi Indonesia